Welut Sego Jagung adalah makanan khas Tuban yang terbuat dari belut dan nasi jagung. Makanan ini juga sering mendapatkan julukan Belut Pedas Khas Tuban, karena memang rasanya yang peda.
Siang terik yang membakar kulit siapapun yang berada di jalan. Saya menyusuri salah satu ruas jalan berkelok di Kecamatan Semanding. Kecamatan terbesar di Kabupaten Tuban yang disebut-sebut sebagai cikal bakal pemerintahan modern Tuban yang diyakini bersamaan dengan periode Majapahit. Tujuan saya adalah menikmati makan siang favorit orang Tuban : Welut sego jagung.
Suasana panas terik adalah khas Tuban. Jadi ketika sampai Tuban jangan langsung judge bahwa sedang pemanasan global. Tuban ya dari dulu panas. Hehehe. Cuaca yang panas nan terik ini ternyata juga berpengaruh terhadap kuliner di Tuban. Kok bisa? Ayo kita simak tulisan ini.
Jika di tempat dingin kulinernya adalah yang hangat-hangat, pedes dan sedikit asam. Maka di tempat panas seperti Tuban ini, kamu akan menemui makanan yang menyalak pedesnya dan membakar panasnya. Salah satunya adalah welut sego jagung. Makan siang favorit warga Tuban, dan juga yang membuat saya rela berpanas-panas menyusuri jalanan Tuban.
Di Tuban kamu akan mudah menemukan warung yang menyediakan menu ini. Dari warung tradisional seperti cemplon di Merakurak, Bagong dan Jangkar di Semanding sampai warung modern yang berjajar rapi di jalan protokol Tuban. Warung-warung tersebut senantiasa ramai pengunjung ketika jam makan siang tiba. Atau waktu lebaran, saat semua manusia-manusia Tuban kembali ke rumah dan kangen terhadap masakan yang pedasnya menyalak bernama welut sego jagung ini.
Di Tuban mayoritas adalah petani. Ini berdasarkan data BPS terakhir. Tapi mungkin sebentar lagi akan berubah menjadi Kabupaten Industri. Entahlah mungkin pertanian kurang menterang bagi Pemerintah. Ndak paham saya. Di Tuban memiliki geografi yang unik. Dari mulai dataran rendah mendekati 0 meter dari permukaan laut sampai bukit kapur yang menjulang tinggi sekaligus kering.
Dataran rendah menghasilkan sawah yang subur ditambah juga daerah aliran sungai bengawan solo yang juga menghasilkan sawah yang subur. Sawah ini menghasilkan hewan yang bernama belut atau kalau orang Tuban nyebutnya welut. Welut hidup di tempat yang berlumpur, seperti kondisi tanah sawah yang umumnya berlumpur. Jadi enggak heran Tuban menghasilkan banyak welut.
Kemudian bukit kapur yang kering itu menghasilkan jagung kualitas tinggi dalam jumlah banyak. Makanya enggak heran orang Tuban sudah akrab dengan sumber karbohidrat pengganti nasi ini. Bahkan sebelum orang Indonesia khususnya jawa secara masif mengonsumsi beras, orang Tuban sudah mengonsumsi nasi jagung atau sering disebut sego jagung.
Sego jagung khas Tuban berbeda dengan nasi jagung daerah lain yang masih dicampur dengan nasi putih atau nasi dari beras. Sego jagung Tuban murni dari jagung yang dihaluskan lalu dinamakan bledekan. Bledekan ini dikukus dan jadilah sego jagung yang khas. Sebenarnya sego jagung khas Tuban itu terbuat dari jagung putih, tapi belakangan ini sudah sulit menemukan jagung putih. Maka yang banyak beredar di pasaran adalah sego jagung kuning.
Nah perpaduan dataran tinggi, aliran sungai dan bukit kapur menghasilkan kuliner legendaris sekaligus favorit makan siang di Tuban bernama Welut Sego Jagung. Welut sego jagung ini memang pas menjadi makanan pokok saat siang hari. Sengatan matahari Tuban yang eksotis ditambah semilir angin itu akan menambah sensasi makan siangmu. Tahu kan rasanya jika kamu sedang berkeringat dan diterpa angin semilir. Duh dek! Aku kangen.
Jadi kapan ka Tuban dan merasakan sensasi kuliner Tuban ini? Kalau mau ke sana jangan lupa ajak saya, tapi traktir, yak! Hehehe. Terakhir Ayo ke Tuban!
Wah, mantap iki. Sego jagung plus welut.
Iyap, pasti mantab! :-)
wenake mas.. maknyus… tapi saya gk begitu suka welut
Hahaha… Wah orang Tuban kok gak suka welut :-)
Sego jagung makanan saya mulai kecil. Berkat sego jagung ini saya bisa menempuh sarjana. Terimakasih sego jagung
Hahaha…