Bancakan weton adalah tradisi untuk memperingati hari lahir. Tradisi ini populer di Tuban. Walaupun demikian, tradisi ini mendapat tantangan dari tradisi yang dianggap lebih modern, seperti pesta ulang tahun di restoran-restoran dan tidak menggunakan atribut layaknya tradisi bancakan weton.
Saya mengamati ya, beberapa orang tua di Indonesia ini kok rasanya jadi wajib ya merayakan ulang tahun anaknya.
Khususnya sih ulang tahun pertamanya, padahal rata-rata fail, maksudnya enggak ada yang bisa bikin fokus si kecil untuk segera meniup lilinnya. Budaya ini sudah menjamur dari kota sampai desa. Desa saya yang susah banget dapet sinyal 4G saja tidak ketinggalan dengan budaya di kota besar ini.
Berbeda dengan generasi masa kini. Saya lahir waktu itu bahkan listrik saja belum ada, alias kami hanya dengar cerita saja kalau di luar sana sedang berkembang teknologi bernama listrik dengan perusahaan PLN yang punya tagline Listrik untuk Kehidupan yang lebih baik.
Di generasi saya, seorang anak mengetahui tanggal pasti lahirnya itu adalah anak yang paling beruntung. Apalagi tahu, tempat, bidannya siapa atau waktu lahirnya.
Di desa saya, semua orang tua nggak peduli dengan tanggal lahir anaknya. Pada saat membuat KTP biasanya berdasarkan pada ijazah dari sekolah.
Lha terus gurunya di sekolah dapat darimana datanya? Ya dari orang tuanya lah. Lha itu orang tuanya tahu. Eggak! sabar dulu. Orang tuanya cuma bilang gini “Anakku lahir itu pas ada banjir besar.” atau “Anakku lahir pas Panen Jagung.” dan lain-lain. Dengan seperti itu pasti sulit sekali menentukan tanggalnya.
Akhirnya banyak Bapak atau Ibu Guru yang mengira-ngira saja saat menulis biodata di Ijazah muridnya.
Pengertian Bancakan Weton
Selanjutnya kembali lagi ke ulang tahun. Sebenarnya orang desa saya nggak cuek-cuek banget soal kapan anaknya lahir, cuma memang perhitungannya berbeda.
Ulang tahun biasanya diperingati satu tahun sekali dengan penanggalan masehi. Berbeda dengan di desa saya, aslinga enggak ada ulang tahun. Jadi untuk memperingati hari lahir, orang Tuban menggunakan tradisi bancakan weton.
Jadi penanda waktu lahir orang desa kami adalah weton. Weton itu kombinasi antara hari jawa dan hari masehi seperti yang kita kenal saat ini. Hari jawa itu dalam sepekan ada lima hari yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon.
Misalnya weton saya adalah Kamis Legi, Kamis Legi akan muncul di setiap Bulan. Maka ketika Kamis Legi saya akan memperingati weton saya bancakan.
Tata Cara Syukuran Weton
Bancakan weton enggak pakai tiup lilin kaya ulang tahun tapi pakai bucu panas beserta bumbu-bumbu yang enak khas desa Kapu. Bucu tersebut dibawa ke Langgar deket rumah atau mengundang para tetangga ke rumah, kemudian para jamaah kumpul dan membacakan doa untuk yang sedang memperingati wetonnya.
Doanya hampir sama dengan make a wish saat ulang tahun, yang pada intinya memohon keselamatan dunia akhirat, rejeki yang barokah dan tidak lupa umur yang panjang.
Acaranya sedergana namun hikmat. Setelah doa bersama selesai, maka para undangan tadi akan makan bersama. Dahulu makannya menggunakan alas daun pisang. Sampai sekarang pun masih, namun sudah ada yang menggunakan kertas makanan.
Saya sih berharap tetap menggunakan daun pisang, supaya sampah yang dihasilkan dapat terurai di tanah dengan cepat.
Menu Khas Bancakan Weton
Walaupun diperingati setiap bulan tapi enggak harus setiap bulan kok. Sama seperti ulang tahun yang pestanya juga enggak harus setiap tahun.
Berikutnya, saya ingin bahas tentang menunya. Sudah sedikit saya singgung di atas, acara bancakan weton ini tidak menggunakan tumpeng yang berwarna kuning, namun menggunakan bucu. Bucu memiliki bentuk mirip tumpeng tapi enggak berwarna kuning. Warnanya putih saja sama sepertu warna nasi.
Di sekeliling bucu tadi ada bermacam lauk pauk khas desa. Ada kacang panjang, kecambah, mie kuning, bihun, tempe, tahu dan lain-lain.
Lauk pauk di atas dimasak dengan tumis bumbu yang pedas gurih. Ada pula beraneka gorengan yang dapat menambah nikmatnya bucu bancakan ini.
Ada satu yang khas dari menu bucu ini, dia adalah urapan daun mengkudu. Apalagi jika sambal kelapa urapannya dibakar dengan pecahan genteng lalu dicos. Itu enak banget, asli.
Semuanya tadi akan diletakkan di atas tampah, lalu tertutup dengan daun pisang. Lalu ke tempat bancakan weton, bucunya masih dalam keadaan masih panas sampai masih mengeluarkan asap.
Lalu saat menikmati, para undangan menggunakan daun sebagai piringnya. Piring daun ini memiliki nama takir.
Tradisi ini memiliki makna berbagi kebahagiaan dan kebersamaan. Di acara bancakan weton juga tidak ada kado seperti acara ulang tahun. Ketiadaan kado ini akan melatih keikhlasan dalam berbagi. Indah banget bukan? Yuk berbagi!
Menarik sekali tradisinya. Bagus banget masih lestari sampai sekarang. Kalau di keluarga kami sebenarnya ga ada tiup2 lilin, tapi pakai nasi kuning ayam panggang bihun, sambal tempe, timun, dan sambal. Makannya bersama-sama sungguh nikmat.
Iyap, memang masing2 keluarga punya tradisinya sendiri. :-)
Saya masih sering bancaki weton untuk anak2 saya, tapi biasanya cuma bagi2 bubur atau makanan aja buat keluarga
Nggih mantab! Semoga tetap terwariskan tradisinya. Biar ndak kalah sama budaya tiup lilin. Sama-sama baik, tapi alangkah baiknya melestarikan budaya sendiri. Hehe.
Tempat orang tua Tuban juga, referensi seperti ini sebenarnya lebih ke syukur atas anugrah Illahi kepada kita
betul, sarana untuk bersyukur atas anugerah umur.
Saya tahu weton itu apa, cuma baru tahu kalau ada peringatannya pakai bancakan. Saya tahunya malah puasa weton. Tradisi di Indonesia ini beragam. Itulah yang membuat negara ini indah dan menarik.
Betul tradisi yg beragam membuat kita semakin kuat persaudaraannya.
tradisi seperti ini memang harus dilestarikan, tapi memang sudah sangat jarang tradisi ke jawen gini kak
Sudah jarang, ganti sama budaya barat. Hehe. Enggak apa2 asal sama2 baik.
Seru banget ya acaranya.. kayaknya lebih meriah tradisi Bancakan Weton daripada ulang tahun modern. Berarti kalau mau mau merayakan hari lahir, bisa pilih salah satu bulan aja dalam setahun ya kang??
Betul, sebenernya bebas aja sih soal waktunya, hehe.
Wah seru banget ini tradisinya
Kalau di Bali, peringatan weton masih rutin dilakukan sampai sekarang
Di Bali namanya oton. Peringatan dilakukan setiap 210 hari sekali sesuai penanggalan wuku kelahirannya, sama seperti di Tuban penanggalannya merupakan kombinasi kalender Masehi dan hari kalender Bali (Umanis/legi, Pahing, Pon , Wage dan Kliwon)
Btw, saya penasaran sama urapan daun mengkudunya nih
Baca deskripsinya, kok bikin ngiler ya. Mudah2an nanti berkesempatan mencobanya
Yuk ke Tuban, hehe.