Candi Cangkuang adalah nama sebuah candi yang ada di Garut Jawa Barat. Nama ini berasal diambil dari nama desa tempat candi ini berdiri.
Lalu nama Cangkuang sendiri juga merupakan nama pohon sejenis pandan yang banyak tumbuh di sekitar Candi Cangkuang.
Candi ini memiliki sejarah yang panjang. Candi ini merupakan candi Hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa Siwa dan dewa lainnya dalam kepercayaan hindu.
Saya beberapa tahun lalu pernah mengunjungi tempat yang indah ini. Waktu kami rombongan dari kantor menggunakan mobil besar, sejenis Hi Ace.
Waktu itu kami memiliki agenda untuk jalan-jalan di Garut. Di hari pertama kami habiskan di Puncak Darajat, nanti saya ceritakan deh tentang Puncak Darajat.
Sekarang yuk cerita tentang candi cangkuang aja.
Pengalaman di Candi Cangkuang
Candi ini berada di pulau di tengah danau. Jadi untuk menuju ke candi, pengunjung harus naik rakit. Saya lupa untuk tarif naik rakitnya. Tapi yang pasti terjangkau kok.
Ini juga yang menyebabkan nama kampunganya bernama kampung pulo. Karena letaknya di atas “pulau” di tengah danau.
Tidak perlu menunggu lama naik rakit, saya sudah menginjakkan kaki di area candi cangkuang. Awalnya, saya mengira di area ini tidak ada penjual dan sebagainya mengingat tempatnya cukup terpencil.
Tapi ternyata saya salah. Pas berlabuh di dermaga kecil di pulau ini, kami disambut oleh banyak pedagang UMKM. Semangat jajanku langsung menggebu-gebu.
Setelah itu, saya masuk ke area Candi. Untuk pertama, saya menuju ke sebuah bangunan yang ternyata museum. Museum kecil ini menyimpan foto-foto Candi dari masa ke masa.
Saya dijelaskan oleh semacam pemandu tentang Candi Cangkuang. Selain dari nama desanya, nama Cangkuang ternyata terinspirasi dari nama pohon yang banyak tumbuh di sekitar candi. Nama pohon tersebut adalah pohon cangkuang. Pohonnya seperti pandan namun lebih tinggi.
Kemudian, saya menuju ke area candi. Candi ini berukuran kecil. Menurut pemandu tadi, candi ini beraliran hindu. Ada arca siwa di dalam candinya. Uniknya ada sebuah makam di sebelah candi ini.
Menurut pemandunya, makam ini adalah tempat peristirahatan terakhir Mbah Dalem Arif Muhammad. Seorang tentara pada zaman perang Diponegoro.
Beliau dipercaya sebagai penyebar agama Islam di daerah setempat. Mbah Dalem Arif Muhammad memiliki tujuh orang anak yang terdiri dari enam anak perempuan dan satu laki-laki.
Keenam anak perempuan dilambangkan dengan bangunan rumah dan satu anak laki-laki dengan masjid. Enam rumah dan satu Masjid ini sekarang menjadi Kampung Pulo yang terletak persis di sebelah Candi Cangkuang.
Keunikan kampung ini warganya tidak boleh melebihi 26 orang. Nanti saya bahas di tulisan terpisah tentang kampung ini.
Suasana di Candi
Selanjutnya saya akan bahas tentang suasana candi ini. Karena candi cangkuang ini terletak di Garut, jadi ya segar. Masih alami, apalagi ini terletak di tengah danau.
Lalu naik rakit menjadi pengalaman seru. Dulu saya hanya bisa melihat orang naik rakit dan saat itu saya sedang di atas rakit. Rakitnya benar-benar dari bambu yang dirangkai dengan rapih sehingga menjadi rakit yang kuat untuk menyeberangi danau.
Suasananya sih ramai karena tempat wisata. Dan kebanyakan memang berwisata untuk pelajar dan relegius. Saya betah di sini. Selain itu juga sangat asri, karena jauh dari perkotaan. Cocok banget untuk kamu yang ingin healing.
Kemudian ada beberapa UMKM yang menjajakan jajanan serta pernak-pernik khas dari Garut. Saya sih langsung mencari cilok. Makanan yang hangat dan pedas membuat suasana semakin syahdu.
Harga Tiket Candi Cangkuang Jawa Barat
Untuk masuk ke tempat ini kamu harus membayar sebesar Rp 5.000 per orang, harga yang cukup murah.
Lalu untuk naik rakit kamu bisa membayar Rp 5.000 per orang. Harga bisa berubah sewaktu-waktu.
Nah demikian tulisan tentang Candi yang keren di Jawa Barat. Setelah pulang dari candi Garut kamu bisa menikmati kuliner-kuliner khas kota Garut, seperti dodol hingga yang kekinian Cokodot atau cokelat dodol, mantab.