Cegah stunting dengan protein hewani menjadi tema hari Gizi Nasional beberapa waktu lalu. Saat ini isu stunting memang sedang menjadi perhatian banyak pihak.
Telah banyak upaya yang dilakukan seluruh pihak untuk mencegah stunting. Hingga akhirnya digaungkanlah cegah stunting dengan protein hewani.
Stunting adalah kondisi ketika seorang anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari tinggi badan rata-rata anak seusianya. Kondisi ini terjadi karena kurangnya asupan gizi yang memadai selama masa pertumbuhan dan perkembangan anak.
Stunting sering kali terjadi pada anak-anak di negara-negara berkembang, terutama pada anak-anak yang mengalami malnutrisi sejak awal kehidupan, dan dapat memengaruhi pertumbuhan otak, kecerdasan, dan kesehatan fisik dan mental anak di masa depan.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stunting antara lain kurangnya asupan gizi selama kehamilan, serta kurangnya asupan nutrisi yang memadai pada anak di masa awal kehidupannya, termasuk kurangnya asupan protein, zat besi, vitamin A, dan zink.
Stunting dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan anak, termasuk peningkatan risiko infeksi, penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung, serta masalah perkembangan kognitif dan mental. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencegah stunting dengan memberikan asupan gizi yang memadai pada anak dan memperbaiki lingkungan di sekitar mereka.
Table of Contents
Cegah Stunting dengan Protein Hewani
Pengambilan tema cegah stunting dengan protein hewani ternyata bukan tanpa dasar. Merujuk kepada hasil Susenas 2022, konsumsi protein per kapita sudah berada di atas standar kecukupan konsumsi protein nasional yaitu 62,21 gram.
Namun masih cukup rendah untuk protein hewani yaitu kelompok ikan/udang/cumi/kerang 9,58 gram; daging 4,79 gram; telur dan susu 3,37 gram.
Sementara itu berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), konsumsi telur, daging, susu dan produk turunannya di Indonesia termasuk yang rendah di dunia. Konsumsi telur antara 4-6 kg/tahun, konsumsi daging kurang dari 40 g/orang, serta konsumsi susu dan produk turunannya 0-50 kg/orang/tahun.
Tentang Protein Hewani
Mengutip Nur Handayani, S.KM yang dimuat dalam artikel di Website resmi RSP Respira milik Pemerintah Provinsi Yogyakarta Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan, meliputi daging sapi, daging kambing, daging ayam, daging bebek, seafood, serta telur.
Keunggulan protein hewani adalah memiliki komposisi asam amino esensial lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Selain itu protein hewani juga kaya akan mikronutrien seperti vitamin B12, vitamin D, DHA (docosahexaenoic acid), zat besi, dan zink. Mikronutrien tersebut memiliki peran penting bagi tubuh, yaitu:
- Vitamin B12 berperan untuk menjaga kesehatan saraf dan otak serta pembentukan sel darah merah.
- Vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium dan sistem kekebalan tubuh.
- DHA memiliki peran kesehatan pada otak anak.
- Zat besi yang berperan untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan meningkatkan sistem imun tubuh.
- Zink berperan dalam mendukung system imun tubuh, masa pemulihan, dan baik untuk pencernaan.
Kebutuhan Protein Hewani Harian
Lanjut lagi tentang cegah stunting dengan protein hewani. Sekarang saya mau bahas tentang kebutuhan protein harian pada anak-anak. Kebutuhan protein harian berbeda-beda, namun saya akan memberikan informasi mengenai hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019.
Anak pada kelompok umur 0 sampai dengan 5 bulan kebutuhan protein hariannya adalah 9 gram. Kemudian pada anak usia 6 hingga 11 bulan kebutuhannya adalah 15 gram. Pada usia 1 sampai 3 tahun kebutuhannya 20 gram protein.
Selanjutnya pada usia 4 hingga 6 tahun kebutuhan hariannya adalah 25 gram. Usia 7 hingga 9 tahun memiliki kebutuhan 40 gram per hari.
Saat usia di atas 10 tahun terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Pada laki-laki usia 10 hingga 12 tahun kebutuhan protein hariannya sebesar 50 gram, sedangkan pada perempuan dengan usia yang sama kebutuhannya 55 gram.
Sumber Protein Hewani di sekitar kita
Cegah stunting dengan protein hewani ini terkadang menimbulkan kebingungan pertanya tentang makanan apa yang mengandung protein hewani. Kita bersyukur hidup di Indonesia yang memiliki banyak sekali sumber protein hewani.
Pertama dari unggas. Di Indonesia banyak sekali unggas yang dapat dikonsumsi dari daging dan telurnya. Misalnya ayam, burung dara, bebek, entok dan lain-lain. Produk-produk unggas tersebut juga sangat mudah ditemukan di pasar, dengan harga yang terjangkau. Sangat mudah didapatkan untuk cegah stunting dengan protein hewani.
Lalu dari produk laut atau seafood. Jangan ditanya lagi tentang kekayaan laut kita. Indonesia memiliki produk laut yang luar biasa besar. Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dari sisi perikanan tangkap saja, pada tahun 2022 lalu 24, 85 juta ton.
Lalu produk air tawar juga tidak kalah banyaknya di Indonesia. Sebut saja lele yang di setiap sudut Indonesia ada yang jual lele dengan berbagai variasi menu. Lalu ada belut, ada ikan-ikan air tawar lainnya. Semua itu adalah sumber protein hewani.
Di akhir tulisan ini saya ingin menyampaikan rasa optimis bahwa stunting bisa lenyap dari bumi Indonesia apalagi dengan bergaungnya cegah stunting dengan protein hewani. Sumber protein hewani kita sangat besar. Pemerintah hanya perlu terus memberikan edukasi kepada para calon orang tua untuk memperhatikan gizi buah hatinya.