Desa Kapu adalah sebuah desa yang asri yang terletak di kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Desa ini memiliki banyak sekali hal yang indah, salah satunya dari tradisinya.
Desa Kapu memiliki banyak sekali tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh warganya. Tradisi yang bernuansa Islami mendominasi. Ya tidak mengherankan, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh 100% warga desa Kapu. Jadi tradisinya pun tidak luput dari corak keagamaan Islam.
Pada tulisan kali ini saya akan mengulasnya secara singkat tentang tradisi-tradisi yang dilaksanakan oleh orang-orang di Desa Kapu.
Kupatan di Desa Kapu
Kupatan adalah tradisi yang dilaksanakan pada nisfu syakban dan dilaksanakan pada tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri. Kupatan pada nisfu syakban kadang disebut juga ruwahan. Istilah ruwahan merujuk pada penyebutan bulan ruwah untuk bulan syakban. Lalu untuk yang tujuh hari setelah lebaran disebut kupatan saja.
Dahulu, kupatan dilaksanakan di Balai Desa. Untuk memanggil peserta kupatan para perangkat desa memukul kentongan. Saat ini kupatan dilaksanakan di Musholla dan Masjid. Jadi tidak ada lagi bunyi kentongan untuk memanggil peserta kupatan.
Kupatan, diawali dengan datangnya para peserta membawa hidangan kupat, lalu dilanjutkan doa bersama dan acara puncaknya adalah makan kupat bersama.
Megengan
Megengan adalah tradisi untuk menyambut bulan suci ramadhan. Tradisi ini dilaksanakan beberapa hari menjelang puasa atau bahkan saat malam pertama terawih. Dahulu tradisi ini dilaksanakan dengan selametan bergantian dari rumah ke rumah. Sekarang lebih ringkas. Warga datang ke Musholla atau Masjid untuk melaksanakan megengan bersama. Jadi enggak perlu datang ke rumah-rumah warga untuk selametan.
Megengan di tempat lain ada yang disebut munggahan. Tradisi munggahan pun sama, makan bersama dan doa bersama menjelang bulan Puasa. Jika kamu orang desa, pasti kamu kangen banget dengan tradisi ini.
Maleman di Desa Kapu
Maleman di desa Kapu memiliki dua makna. Makna pertama yaitu selametan pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadahan. Selametan kali ini berbeda dengan megengan. Selametan pada acara maleman ini bergantian dari rumah ke rumah. Siapa yang kangen nasi berkat?
Selanjutnya makna kedua. Istilah maleman juga digunakan untuk menamai kegiatan ziarah kubur ke para wali di Tuban. Tidak hanya walisongo yang terkenal itu, namun juga para ulama-ulama yang dikenal sebagai wali.
Tidak itu saja, ziarah juga dilaksanakan di kubur para guru, kiyai dan orang tua serta kerabat. Intinya maleman adalah berziarah kepada orang-orang yang telah berjasa pada hidup orang desa Kapu.
Manganan
Manganan merupakan tradisi orang Kapu untuk menyatakan terimakasihnya kepada para leluhurnya. Orang desa memang banyak memiliki tradisi yang intinya adalah berterimakasih kepada leluhur dengan mengirimkan doa, bersedekah dan perbuatan kebajikan yang lain.
Manganan diselenggarakan di makam-makam leluhur orang Kapu. Di sini ada dua makam yang digunakan untuk manganan. Pertama makam gede, dan yang kedua adalah makam poh wedus atau yang dikenal dengan Randu Murgung.
Di Kapu, manganan diawali dengan khataman sehari semalam. Hidangan khasnya ketan sama kopi. Paginya dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh Mbah Modin. Setelah selesai ya makan bersama, bersilaturahim dengan sesama warga.
Selametan Sapi
Sapi memiliki arti penting bagi masyarakat desa Kapu. Sapi memiliki banyak fungsi, pertama untuk membantu mengolah tanah. Meski sekarang sudah hampir seluruhnya digantikan oleh mesin. Fungsi kedua adalah sebagai tabungan.
Fungsi tabungan ini menarik, karena rata-rata profesi orang di desa Kapu adalah petani, jadi di sela-sela kesibukan bertani, mereka juga berternak skala rumahan. Nah ini yang menjadi alternatif jika butuh biaya.
Mengingat pentingnya sapi bagi kehidupan masyarakat, maka tidak heran kalau sampai ada selametan khusus untuk mendoakannya. Acara ini biasanya dilaksanakan pada Malam Jumat Pahing dengan membawa hidangan bucu ke Musholla atau Masjid untuk didoakan bersama-sama.
Udukan di Desa Kapu
Udukan adalah acara makan bersama nasi uduk untuk memperingati Maulid Nabi. Di sini Maulid Nabi menjadi hari yang penting. Untuk memperingatinya, para warga memasak nasi uduk dengan berbagai lauknya lalu dibawa ke Musholla atau Masjid.
Udukan dimulai dengan pembacaan Barjanzi, yaitu kitab yang memuat kisah hidup Nabi Muhammad. Tahu enggak yang bikin kangen apanya? Ya tentu saja pas Mahallul Qiyam. Rasaya penuh haru dan hikmad.
Setelah selesai pembacaan Barjanzi dilanjutkan dengan doa kepada leluhur dan doa keselamatan bagi para warga yang hadir.
acara diakhiri dengan makan nasi uduk bersama. Syahdu betul!
Buburan di Desa Kapu
Buburan adalah acara pada malam 10 Muharam. Buburan diambil dari nama hidangan yang disajikan, yaitu berupa bubur. Hidangan tersebut dikenal juga sebagai Bubur Suro.
Buburan diawali dengan ceramah tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di tanggal 10 Suro. Diantaranya tentang surutnga banjir pada zaman Nabi Nuh. Terciptanya dunia dan isinya dan lain-lain.
Oiya hidangan bubur ini terinspirasi dari hidangan di kapal Nabi Nuh yang di saat akhir-akhir banjir, di Kapal tersebut kehabisan bekal. Lalu bekal yang ada dikumpulkan lalu dibuatlah bubur.
Bubur yang dihidangkan sangatlah khas. Bubur beras dengan topping bumbu yang biasa dibuat ambeng. Enak banget.
Dul Kadiran
Nama yang unik. Dul Kadiran ini diambil dari nama wali besar Syekh Abdul Qadir Jailani, tapi dasar lidahnya orang jawa malah jadi Dul Kadiran. Sesuai namanya, tradisi berisi pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani. Tradisi ini biasanya digelar oleh orang yang memiliki hajat atau keinginan khusus.
Hidangan pada tradisi ini adalah ingkung ayam, dan nasi uduk disertai pula bumbu-bumbu ambeng. Dulu nasi uduk dan ingkung ayamnya ditaruh di dalam Ngaron. Sekarang penggunaan ngaron sudah berangsur diganti dengan wadah plastik.
Selametan Malam Jumat Wage
Di malam Jumat Wage warga desa Kapu biasanya menggelar selamatan untuk leluhur yang sudah meninggal. Acara dimulai sejak sore, yaitu ziarah ke makam leluhur.
Maka tidak heran, jika sore hari pada Malam Jumat Wage, kuburan desa akan dipenuhi oleh peziarah.
Malamnya para warga hadir di Musholla terdekat membawa hidangan sederhana untuk di makan bersama setelah doa untuk leluhur selesai dipanjatkan.
Barian
Barian adalah selamatan untuk memohon terhindar wabah penyakit. Di saat Covid19 di Kapu juga menggelar barian. Tradisi ini dilaksanakan di Perempatan atau Pertigaan. Beberapa warga berkumpul, sambil membawa ambeng.
Selanjutnya para warga dengan khusyuk mengaminkan doa tolak bala yang dibacakab oleh pemimpin tradisi.
Selametan Weton
Weton adalah penanda waktu lahir orang di desa Kapu. Weton merupakan kombinasi hari Arab dan Hari Jawa. Hari Arab adalah Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu.
Sedangkan hari Jawa adalah Legi, Pon, Pahing, Wage dan Kliwon. Nah kombinasi misalnya Jumat dan Pahing itu menjadi weton Jumat Pahing.
Weton dengan kombinasi yang sama akan muncul setidaknya sebulan sekali.
Ketika weton datang maka orang di desa Kapu, akan menggelar selametan weton. Tempat menyelenggarakan selametan ini bisa di rumah maupun di Langgar. Dengan bucu yang panas, mereka memohon keselamatan untuk pemilik weton.
Tradisi yang mungkin sudah jaran didesa lain yang memiliki kesamaan dan beda penamaan
Biasanya gitu, enggak apa2 yang penting semangatnya tetap sama.