Empat sehat lima sempurna adalah kata-kata yang sering kita dengar semasa masih taman kanak-kanak (TK) atau sekolah dasar (SD). Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poerwo Soedarmo yang terinspirasi dari Basic Four Amerika Serikat yang mulai diperkenalkan pada era 1940an adalah menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta minum susu untuk menyempurnakan menu tersebut.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kesehatan ditemukan bahwa sebenarnya susunan makanan tersebut tidaklah cukup. Kita juga perlu memperhatikan kandungan zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang serta kelompok umur.
Oleh karena itu, slogan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi dewasa ini. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan pola hidup sehat, perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang sesuai dengan kondisi saat ini. Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar terjadi tren peningkatan proporsi masalah gizi lebih (obesitas) pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebesar 10,5% (Riskesdas 2007) menjadi 14,8% pada hasil Riskesdas tahun 2013 dan meningkat lagi menjadi 21,8% (Riskesdas 2018). Selain masalah gizi, diikuti pula kenaikan angka prevalensi penyakit tidak menular, seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.
Kenaikan angka prevalensi ini berkaitan erat dengan life style dan konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang. Hasil penelitian Riskesdas 2010 menyatakan menggambarkan hal tersebut. Pertama, masih banyak penduduk yang tidak cukup mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan Riskesdas 2013, 93,5% penduduk usia di atas 10 tahun mengonsumsi sayuran dan buah-buahan masih di bawah anjuran.
Kedua, kualitas protein yang dikonsumsi rata-rata perorang perhari masih rendah karena sebagian besar berasal dari protein nabati seperti serealia dan kacang-kacangan. Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi, garam tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, asupan air pada remaja masih rendah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%).
Pencegahan timbulnya masalah gizi tersebut, perlu diterapkan Pedoman Gizi Seimbang. Dalam upaya mengoptimalkan penyampaian pesan Gizi Seimbang kepada masyarakat, diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berbasis masyarakat. Pedoman Gizi Seimbang harus memperhatikan prinsip 4 (empat) pilar, diantaranya keanekaragaman pangan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dengan zat gizi yang masuk untuk mempertahankan berat badan normal. Empat pilar tersebut, diantaranya :
Pertama mengonsumsi aneka ragam pangan. Faktanya tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Oleh karena itu diperlukan mengkonsumsi beraneka ragam makanan guna saling memenuhi zat gizi yang kurang dalam suatu makanan.
Selanjutnya membiasakan perilaku hidup bersih. Perlu membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyakit dari paparan sumber infeksi. Misalnya, 1) mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan air mengalir dan sabun; 2) menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme tubuh.
Selanjutnya melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti olahraga bertujuan menyeimbangkan antara asupan kalori yang masuk dengan kalori yang keluar, serta dapat memperlancar metabolisme tubuh, mengurangi stress dan menjaga kesehatan tubuh.
Keempat memantau berat badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal. Memantau berat badan menjadi pilar yang penting karena menjadi indikator tercapainya keseimbangan zat gizi didalam tubuh kita. Untuk orang dewasa bisa dihitung menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang berada di angka 18,5-25,0 kategori berat badan normal dan pada anak-anak atau balita menggunakan KMS dengan hasil penimbangan berat badan berada pada pita hijau.
Jadi, itulah konsep Pedoman Gizi Seimbang yang diterapkan hingga saat ini. Ingat, bukan “4 Sehat 5 Sempurna” lagi. Tentunya semua kampanye ini dikenalkan untuk memberikan kesadaran bagi masyarakat akan pentingnya gizi dan kesehatan. Namun, perlu diingat bahwa penerapan Gizi Seimbang antara satu orang dengan orang lain bisa jadi berbeda. Hal ini dikarenakan masing-masing orang memiliki tipe golongan usia, jenis kelamin, riwayat kesehatan dan aktivitas yang berbeda. Oleh karena itu, untuk lebih detailnya, dapat mengunjungi Ahli Gizi di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat di kota Anda.
Dapatkan informasi lainnya melalui Google News