Gotong Royong, adalah ungkapan yang sangat kita kenal. Seluruh lapisan masyarakat di Indonesia pasti mengenal dan mengenalkan frasa ini di lingkungannya. Saya sebagai orang desa radikal tentu tahu dan tahu betul frasa ini. Gotong Royong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bekerja bersama-sama (tolong- menolong, bantu-membantu). Di berbagai tempat tentu beda-beda penyebutan kata gotong royong ini, tidak terkecuali di Desa Kapu. Di Desa yang terletak di 10 Kilometer dari pusat Kabupaten Tuban, tapi tiap tahun tanggulnya jebol dan kebanjiran ini juga terdapat beberapa jenis gotong royong.
Memang benar, bahwa bahasa jawa adalah bahasa yang paling lengkap. Untuk menyebut “Rice” saja ada banyak kata mulai dari pari, gabah, beras, sego, upo, karak dan lain-lain tergantung kondisi. Nah “Rice” memiliki nasib yang sama dengan Gotong Royong. Gotong Royong di Kapu setidaknya dibagi menjadi tiga sesuai keperluannya. Saya akan membahasnya satu-satu persatu ya.
Sayan
Sayan ini adalah gotong royong yang sekarang hampir punah, masih ada sih tapi ndak sebanyak dulu. Sayan ini adalah gotong royong untuk membangun bangunan. Bangunannya bisa apa saja, asal milik pribadi. Misalnya saya belum punya rumah, saya tinggal menyiapakn material bangunannya dan besoknya saya tinggal berkeliling desa memberitahukan bahwa saya akan bangun rumah dan mohon untuk dibantu.
Saya pernah menuliskan tentang enaknya hidup di desa ya salah satunya karena adanya sayan ini. Kamu mau bangun rumah? tinggal bilang ke tetangga-tetangga kamu, besok seharian dikerjakan juga jadi tuh rumah, paling tinggal nambah-nambah untuk assesoris. Jangan menganggap di desa itu miskin atau tertinggal ya. Emang kamu pernah tahu di desa ada yang tinggal digerobak? ndak toh? :-D
Baca juga : 7 Alasan Hidup di Desa itu Istimewa
Seiring dengan perkembangan zaman, sayan semakin ditinggalkan. Bukan karena para warga tidak mau lagi membantu, tapi yang nyuruh pada sungkan. Sungkan karena profesi yang dijalani warga desa sekarang relatif lebih bervariasi, ada yang jadi guru, staff kantor, pengusaha, petani dan lain-lain. Terus kenapa kalau profesinya bervariasi? Ya susah nemuin waktunya. Kalau dulu kan semua petani, jadi gampang. Selesai masa tanam banyak yang nganggur jadi gampang minta tolongnya.
Walaupun sudah berkurang, tapi sisa-sisa hasil sayan masih banyak berdiri. Hampir semua bangunan yang sekarang berdiri di desa Kapu 80% hasil sayan.
Mendarat
Ini gotong royong yang paling eksis sampai sekarang. Tidak mengenal musim, paling menurun saat bulan Muharram saja tapi tidak sepenuhnya tidak ada. Mendarat adalah gotong royong untuk orang-orang yang punya gawe, misalnya pernikahan, selametan, sunatan dan lain-lain.
Orang yang punya gawe biasanya mengundang tetangganya untuk mendarat. Ngapain aja sih mendarat itu? yang Ibu-Ibu ya sebagian besar masak. Tuh ndak bakal laku kamu buka catering di Desa, hawong masih banyak tetangga yang bantuin masak :-D. Jangan heran juga kalau dapurnya orang desa itu luas-luas dan peralatan masaknya lengkap dari yang kecil sampai yang besar ya buat jaga-jaga kalau punya gawe kaya gini dan menampung pendarat (sebutan orang yang mendarat, Pen).
Kemudian yang laki-laki ngapain? Yang laki-laki kebagian tugas untuk menata tempat acaranya misalnya pasang tenda, nata kursi, nggelar karpet dan lain-lain. Selain itu juga kalau yang punya gawe menyembelih hewan ternak seperti sapi atau kambing itu juga menjadi tugas pendarat laki-laki untuk menyelesaikannya. Jangan lupa juga untuk menata dapur. Hah menata dapur? Iya, kalau orang punya gawe itu biasanya peralatan masaknya yang dikeluarin yang gede-gede, Ibu-Ibu ndak bakal kuat mengangkatnya.
Kerja Bakti
Terakhir adalah kerja bakti. Kalau dua gotong royong sebelumnya untuk kepentingan perorangan, maka kerja bakti adalah gotong royong untuk membangun atau memperbaiki fasilitas umum. Penggeraknya adalah pemerintah desa atau tokoh masyarakat. Oiya di desa struktur RT/RW tidak begitu berfungsi lho, karena kalah pamor sama tokoh masyarakat dan uniknya tidak ada yang minat jadi Ketua RT/RW, maka jangan heran di desa RT atau RW-nya dijabat seumur hidup.
Kerja Bakti yang formal biasanya digerakkan oleh pemerintah desa, seperti misalnya membersihkan kuburan, membersihkan tempat acara desa, membersihkan jalan-jalan dan lain-lain. Selain digerakkan oleh Pemerintah desa, juga digerakkan oleh Tokoh masyarakat, misalnya membangun Musholla dilingkungan warga, membangun penerangan lingkungan. Di Desa Kapu kita bayar PJU dari tahun 1990, tapi sampai 2016 Alhamdulillah Pemerintah ndak pernah kasih PJU di desa-desa, jadinya orang desa bayarin penerangan jalannya orang kota saja :-D
Tapi orang desa ndak banyak protes, mereka urunan kemudian kerja bakti memasang lampu penerangan jalan, daaaannnn menyambungkan kabelnya ke rumah-rumah yang dipinggir jalan. Jadi ndak ada cerita di desa nyantol tiyang PLN.
Itu dia jenis gotong royong di Desa Kapu. Oiya jangan sekali-kali berpikir orang desa itu butuh dikasihani, orang desa juga bayar pajak, jadi yang diharapkan adalah hak-hak warga negara sesuai UU yang berlaku di Negara Republik Indonesia dan stop untuk mencitrakan desa sebagai daerah yang tidak sejahtera dan atau tertinggal.
Kalau di desa sih masih wajar ya, tapi kalau di Kota, gotong royong seperti itu hampir gak ada. Bahkan ditempat Saya, tidak ada yang namanya SAYAN. Kalau mau bangun rumah ya beli material dan nyewa jasa tukang bangunan.
Hehe sayapun sdh merasakan.
kalau dikota mah boro2 mau kerja bakti kayak gini, kenal aja untung-untungan
Hehehehe Ya semoga bisa menitu orang desa :-D
Enaknya di desa begitu. Saya juga rindu hal2 seperti itu. Kalau dikota-kota sudah agak jarang. Masih ada sih sebetulnya, misalkan kalau mau nikahan saling bantu dll.
Iya, Desa emang bikin kangen.
semangat gotong royongnya masih ada yah. bagus banget
Itulah Desa :-)
Kalo di desaku yg ak tau “sambatan” atau “rewang” gotong royong kalau ada yg punya acara semacam nikahan, kematian, dll.
Kalau ronda termasuk gotong royong ga ya? Hehe
Hehehehe…. di sini sih dikenal juga istilah sambatan atau rewang, tapi ndak seterkenal mendarat :-D Ronda sih, mungkin ya. Soalnya di desa saya ndak ada ronda.
malahan yg orang kota susah bayar pajak ya mas Rudi
Hehehe… Pencurian listrik juga tinggi :-D Lampu jalan pada nyantol tiyang PLN.