Tradisi mendarat adalah tradisi khas Kota Tuban untuk saling membantu ketika tetangga sedang melaksanakan hajatan, seperti pernikahan, selamatan atau syukuran dan hal lainnya.
Suatu pagi di Tuban pada pertengahan tahun, Yu Sripah bukan nama sebenarnya kedatangan tamu spesial. Sebenarnya nggak spesial-spesial amat karena tamunya ya tetangganya sendiri. Menjadi spesial karena Yu Sripah diundang untuk mendarat di rumah sang tetangga. Kebetulan ini masih bulan Syawal, bulan yang sangat baik untuk menggelar hajatan.
Sudah menjadi tradisi di Tuban, jika ada tetangganya yang hajatan ataupun kesusahan maka tetangga yang lain saling membantu. Ada yang masak untuk tamu, ada yang mengambil air, ada yang menata tempat tamu, ada yang menyembelih hewan ternak untuk suguhan tamu dan lain-lain. Semua kegiatan itu terangkum dengan satu kata : Mendarat.
Tradisi ini sudah mendarah daging di kalangan orang Tuban sampai-sampai orang yang kerja kantor atau sektor formal lainnya akan dengan rela ijin atau cuti untuk menjadi pendarat (Sebutan bagi orang yang sedang mendarat).
Suatu hari yang cerah, tibalah acara orang yang mengundang Yu Sripah untuk mendarat tadi. Ibu setengah baya ini sudah siap mendarat. Pakaiannya ringkas menandakan beliau sudah siap untuk bekerja membantu yang punya hajat. Kebetulan Yu Sripah ini dipasrahi untuk memasak nasi.
Dalam tradisi mendarat, para pendarat memiliki peran yang spesifik. Pengatur perannya adalah yang punya hajat. Tuan rumah ini melihat track record pendarat. Jika biasanya membuat bumbu, maka akan diminta untuk membuat bumbu. Jika biasanya membuat soto atau rawon, ya itu nanti akan ditugaskan untuk membuat jenis makanan itu. Atau yang biasa membuat es podeng juga akan diminta membuat es podeng.
Sebelum Yu Sripah melaksanakan aksinya, para pendarat laki-laki sudah menyiapkan pawonnya. Pawon yang biasanya menggunakan tanah di masa ini sudah jarang yang memaki tanah. Pawon ini berfungsi sebagai perapian. Selain pawon untuk memasak nasi, para pendarat pria juga menyiapkan semacam tungku tapi tersusun dari tiga bongkol pisang yang besar-besar. Pawon jenis ini biasanya digunakan untuk memasak gulai atau orang Tuban menyebutnya becek.
Setelah semua siap, Yu Sripah pun beraksi. Dengan dandang yang airnya telah mendidih, dia memasukkan beras yang telah dicuci ke dalam semacam anyaman bambu berbentuk kerucut dan dimasukkan ke dalam dandang. Saat Yu Sripah sedang menanak nasi, para pendarat lainnya menyiapkan bumbu-bumbu yang digunakan untuk memasa segala lauk-pauk sebagai pendamping nasi.
Sementara pendarat laki-laki sibuk menata kursi, membangun tenda, membersihkan halaman rumah yang akan digunakan sebagai tempat hajatan. Ada juga yang menyiapkan penerangan dan sound system. Semuanya berlangsung guyub dan rukun.
Setelah beberapa lama, tugas Yu Sripah sudah hampir selesai. Pun beberapa pendarat lainnya sudah menyelesaikan bumbu-bumbu dan lauk-pauk yang digunakan sebagai pendamping nasi. Lalu pendarat yang bertugas menyiapkan kudapan lainnya pun sudah menyelesaikan tugasnya. Sekarang saatnya mengemas nasi dan berbagai lauk pauk serta berbagai kudapan untuk dihantarkan kepada saudara yang punya hajat.
Makanan hajatan banyak banget macamnya, salah satu yang jadi favorit adalah Becek Tuban. Makanan ini selalu saja hadir dalam setiap hajatan orang Tuban.
Saat hantaran ini hampir seluruh pendarat terlibat, untuk pendarat laki-laki biasanya menjadi driver ke tempat-tempat yang jauh. Untuk pendarat wanita biasanya akan membawa hantaran dan kadang-kadang jadi driver untuk jarak dekat. Sering juga pendarat berjalan kaki untuk mengantar hantaran karena jaraknya yang dekat atau medannya yang tidak memungkinkan menggunakan kendaraan bermotor.
Selesai menghantarkan, tugas pendarat belum selesai. Saat acara berlangsung, pendarat lebih sibuk lagi. Ada yang sibuk di dapur mempersiapkan hidangan untuk tamu, ada yang di tempat cucian piring, siap-siap menerima piring kotor bekas penyajian makanan kepada tamu. Kemudian pendarat pria sibuk membagikan rokok, mempersilakan tamu untuk menempati tempat tertentu dan ada juga yang nyoblosi teh botol pakai paku, hehehe. Duh sahdu betul.
Setelah hajatan selesai, apakah tugas mendarat telah selesai? Ternyata belum. Para pendarat mulai membereskan tenda, kursi atau bahkan sound system. Menyapu sampah sampai mencuci terpal bekas dipakai untuk menyambut tamu. Di dapur nggak kalah sibuk, membersihkan peralatan masak, mengembalikan peralatan masak dan makan yang dipinjam dari tetangga dan lain-lain.
Belum lagi, kadang-kadang diminta sama yang punya hajat untuk melekan. Menemani tuan rumah semalaman suntuk.
Nah di atas adalah bagaimana prosesi mendarat terjadi di Tuban. Suasananya sangat guyub dan rukun. Makanya jangan heran, susah sekali membenturkan masyarakat Tuban ini. Soalnya tradisi gotong royongnya seperti mendarat ini sampai sekarang tetap lestari.
lanjutken kang
Siap, selalu dukung kami untuk menuliskan budaya-budaya di Tuban.
kang Rudi orang Tuban toh? Saya melihat postingannya tentang tuban banyak
Yap, sy asli Tuban :-D
Wah istilahnya sama kaya di kampungku, Cepu, mas, mendarat juga. Pembagian tugasnya juga mirip. Mendarat itu meski capek tapi seru, menyenangkan dan mengenyangkan.
Hehehehe iya, rukun guyub :-)