Nasi Porang adalah nasi yang merupakan hasil pengolahan dari umbi tanaman porang. Nasi ini juga memiliki nama Nasi Shirataki yang harganya mahal banget itu.
Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi Desa Klino Kecamatan Sekar Kabupaten Bojonegoro. Saya ke sana dalam rangka ada tugas dari kantor untuk mengunjungi desa tersebut untuk melihat pengembangan beberapa tanaman di desa ini. Salah satu yang bikin saya penasaran adalah pengembangan tanaman Porang.
Memang, tanaman Porang saat ini sedang menjadi topik pembicaraan berbagai kalangan, dari pebisnis papan atas hingga petani di pelosok desa. Konon tanaman ini memiliki harga yang tinggi, dan diharapkan mampu menopang ketahanan ekonomi dan pangan masyarakat di masa depan.
Tidak ketinggalan, masyarakat desa Klino kecamatan Sekar Kabupaten Bojonegoro juga ikut meramaikan dunia perporangan nasional.
Tentang Tanaman Porang
Porang yang memiliki nama latin Amorphophallus muelleri adalah tanaman umbi-umbian yang dikenal juga dengan nama iles-iles. Tanaman ini sekarang sedang banyak yang membicarakannya. Pangkalnya adalah kisah sukses seorang petani yang menjadi miliader setelah berbisnis ekspor Porang.
Tanaman Porang ini ramah naungan. Maksudnya adalah dapat ditanam di tempat yang teduh hingga 60%. Dengan toleransi naungan yang tinggi, tanaman ini dapat tumbuh di hutan di bawah naungan tanaman tegak lainnya. Lalu, Porang juga sangat mudah dikembangkan karena dapat tumbuh di lahan dengan ketinggian 0 hingga 700 mdpl.
Petani dapat mengambil bibit tanaman ini dari potongan umbi batang maupun umbi yang sudah memiliki titik tumbuh, orang-orang biasa menyebut umbi katak atau bubil.
Cerita Perjalanan Ke Desa Klino
Desa Klino terletak cukup jauh dari pusat Kota Kabupaten Bojonegoro. Waktu itu saya membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mencapainya.
Selanjutnya saya menuju ke Balaidesa Klino untuk bertemu dengan Ibu Kades. Ibu Kades ini yang akan membawa kami melihat budidaya tanaman porang, pengolahannya hingga hasil olahannya.
Kemudian saya menuju ke tempat pembudidayaan Porang, cuma sayangnya saat itu saya tertinggal dari rombongan, sehingga saya tidak sempat mendokumentasikan budidaya porang di Desa Klino Kecamatan Sekar Kabupaten Bojonegoro tersebut.
Selepas dari tempat budidaya Porang, saya bergeser ke tempat budiaya bunga krisan, lalu lanjut ke budidaya alpukat, durian dan lain-lain. Memang luar biasa desa Klino ini. Seluruh warganya semangat untuk mengembangkan bermacam tanaman yang berpotensi ekonomi.
Saya juga berkesempatan untuk mengunjungi pusat pengolahan umbi porang. Ada semacam alat untuk memotong umbi porang menjadi pipih. Tapi proses selanjutnya saya tidak mengikuti. Intinya di Desa Klino ini sudah bisa mengolah umbi porang menjadi beberapa bahan makanan seperti beras dan mie.
Beras Porang sih sejatinya ya mie porang yang dipotong kecil-kecil sehingga bentuknya menyerupai biji beras. Lalu bagaimana rasa dari hasil olahan umbi porang tersebut? Simak terus ya.
Makan Nasi Porang dan Mie Porang
Setelah berkeliling desa klino melihat berbagai tanaman yang bermacam-macam tadi, tidak terasa perut mulai protes. Ibu Kades mengajak rombongan untuk mampir ke kediaman beliau.
Sampai di sana kami disuguhi hasil pengolahan umbi porang diantaranya nasi porang dan mie porang. Nasi Porang ini terkenal dengan sebutN shirataki. Katanya sih sekarang sedang menjadi trend makanan sehat.
Saya langsung tertarik ingin mencobanya. Lalu saya coba ambil sepiring nasi porang, lalu saya ambil juga mie porang, kemudian tidak lupa lauk pauknya berupa kare ayam dan tempe goreng serta urapan. Duh kayanya sedap banget ini.
Selanjutnya, saya akan bahas kesan saya tentang penampilan nasi porang ini. Nasi ini memiliki warna yang lebih mengkilap. Sekilas mirip dengan jely yang biasa dimakan anak-anak itu. Juga seperti memiliki tekstur yang kenyal. Nanti kita coba rasakan.
Lalu untuk Mie porang, tidak ada yang beda dengan mie pada umumnya. Warnanya juga tidak berbeda jauh dengan mie pada umumnya. Nanti juga kita coba rasakan ya.
Setelah selesai mengambil makanan, saya menuju ke tempat duduk di bawah pohon durian dan alpukat. Udara segar, makin membuat saya penasaran ingin menikmati makanan yang sudah siap di piring saya.
Pertama saya sendok nasi porangnya. Seperti dugaan saya, nasi ini sedikit kenyal dan rasa yang lebih gurih. Enak sih. Saya suka. Saya tadinya menduga akan ada tekstur yang keras. Ternyata lembut banget. Jadi kenyal lembut gitu. Dipadu dengan kare ayam yang gurih ini, makin menambah kenikmatan.
Lalu untuk Mie, teksturnya sama dengan mie pada umumnya. Kan mie pada umumnya juga ada sensasi kenyalnya, jadi ya saya dari awal tidak memiliki ekspektasi yang gimana-gimana tentang mie porang ini.
Tidak pakai lama, saya langsung teruskan makan siang saya di bawah rindang pepohonan itu.
Oiya, ternyata paduan shirataki dengan resep tradisional seperti kare ayam, tempe goreng dan urap ini sangat enak.